Sementara itu, Prof. Muhlis Hadrawi menekankan pentingnya keterlibatan akademisi dalam menggali sejarah peradaban manusia di Maros.
"Leang-Leang menyimpan jejak peradaban manusia tertua di dunia. Dengan temuan lukisan prasejarah berusia lebih dari 57.300 tahun dan rangka manusia tertua, Maros adalah bagian penting dalam sejarah global," katanya.
Gau Maraja Leang-Leang Maros 2025: Menulis Ulang Sejarah Manusia
Prof. Andi Akhmar.menam ahakan bahwa dengan tagline "Rewriting Human History, One Handprint at a Time", Gau Maraja Leang-Leang Maros 2025 bukan sekadar festival budaya, tetapi sebuah gerakan global untuk mengangkat nilai sejarah dan budaya Maros ke tingkat internasional. "Acara ini diharapkan dapat membuka mata dunia bahwa Leang-Leang bukan sekadar situs arkeologi, melainkan pusat peradaban awal manusia", pungkasnya.
Sekjen PERWIRA LPMT Andi Dahrul menambahkan bahwa momentum pertemuan Wija Raja La Patau Matanna Tikka menjadi bagian integral dalam memperkuat nilai budaya yang diwariskan oleh para leluhur. Silaturahmi ini tidak hanya mempererat hubungan kekerabatan, tetapi juga mengukuhkan komitmen para keturunannya dalam menjaga dan mempromosikan warisan leluhur kepada generasi mendatang.
Menurutnya, Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, akademisi, komunitas budaya, dan masyarakat, Gau Maraja Leang-Leang Maros 2025 diharapkan tidak hanya menjadi perayaan budaya semata, tetapi juga mendorong pengakuan UNESCO terhadap Leang-Leang sebagai Warisan Dunia yang harus dilestarikan untuk generasi mendatang.