Oleh karena itu lanjut dia, FGD dari kacamata budaya lokal ini, dapat melahirkan konsep baru dalam kesetaraan gender di Parepare.
Hal senada juga dikatakan Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Parepare, Rostina.
Ia mengatakan FGD merupakan rangkaian kegiatan dalam penguatan kelembagaan Pengarustamaan Gender (PUG) di Parepare.
"Kegiatan FGD kita harapkan dapat menemukan rumusan yang tepat dalam konsep gender melalui basis budaya lokal yang dipandang signifikan dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, khususnya di Kota Parepare," ujar Rostina.
Dalam FGD itu, Budayawan, Laoddang To Sessungriu mengurai perspektif budaya Bugis Makassar terhadap kesetaraan gender.
Andi Oddang, sapaan Laoddang To Sessungriu merupakan Budayawan dan bangsawan yang menempati posisi sebagai Opu Macoa Cenrana di Kedatuan Luwu.
Ia banyak mengulas tentang peran dan posisi strategis yang ditempati perempuan dalam kerajaan Bugis. Ia mencontohkan, Batari Toja Daeng Talaga. Raja Bugis perempuan, yang berhasil memimpin di Kerajaan Luwu, Bone dan Soppeng.
Perempuan dalam kacamata budaya Bugis lanjut Andi Oddang, sangat dielu-elukan atau dimuliakan.
Selain berkaca pada budaya lokal, FGD itu juga mengulas kesetaraan gender dari perspektif agama.
"Sangat jelas pengarustamaan gender dalam alquran. Tidak ada perbedaan antara hak laki-laki dan perempuan, yang ada hanya perbedaan penafsiran orang terhadap agama sehingga membuat bias gender," timpal Dr. Muh Idris Usman, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama (Kemenag) Parepare.