FAJAR.CO.ID, MAKASSAR— Masalah kekurangan tenaga pengajar belum mendapat solusi. Keterbatasan ini pun menjadi alasan tak menambah kelas atau rombongan belajar.
Kepala SMA Negeri 14, Nur Hidayah Masri mengaku diminta untuk menambah rombongan belajar (rombel) baru oleh Kepala Bidang Pembinaan SMA, Sabri.
Hanya saja, dia menolak dengan alasan keterbatasan tenaga pengajar. Selain itu, tak ada ruangan memadai untuk menambah jumlah rombel.
Dia mengatakan, dengan kondisi yang ada sekarang, pihaknya sudah kesulitan memenuhi kuota jam mengajar harian. Bahkan, karena kurangnya guru berstatus aparatur sipil negara (ASN), perempuan yang akrab disapa Yaya ini meminta dua guru honorer menjadi wali kelas.
"Guru PNS kita hanya 35 orang. Sementara siswanya hampir seribu. Ada honorer yang mengajar lebih dari 30 jam selama sepekan. Kalau harus tambah kelas baru, kami tentu akan lebih kesulitan," bebernya kepada FAJAR, Jumat, 31 Juli.
Bahkan untuk mata pelajaran tertentu, Yaya mengaku tak memiliki guru ASN. Dia mencontohkan mata pelajaran Sejarah dan guru Bimbingan Konseling (BK). Pengajarnya hanya tenaga honorer. Kemudian ada pelajaran Agama dan Olahraga yang masing-masing hanya diisi satu sampai dua guru berstatus ASN.
Tak hanya di SMA Negeri 14 Makassar saja, kekurangan guru pada mata pelajaran yang sama juga terjadi di sekolah lain. "Pokoknya yang kurang itu seperti Agama, Olahraga, Matematika, sama Sejarah. Itu yang pasti masih butuh tambahan tenaga di semua sekolah di Makassar,” tambahnya.
Kepala SMA Negeri 9 Makassar, Supardin juga mengaku kesulitan jika harus menambah ruang kelas baru. "Bukan hanya ruang kelas kita yang terbatas. Tetapi guru. Makanya kami tidak menambah jumlah rombel untuk saat ini,” tambahnya kepada FAJAR.