Misalnya, dampak perubahan iklim dan disrupsi teknologi yang besar. Sehingga mengharuskan peta kebijakan ekonomi bangsa-bangsa di seluruh dunia harus berubah secara dramatis. Jika tidak, ekonomi mengalami kemuduran.
Jalan keluarnya hanya satu cara, mau dan siap berubah sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah para pengambil kebijakan dan masyarakat umumnya dapat dan perlu memetakan kondisi riil yang dihadapi.
Kemudian menyusun rencana kerja yang dilakukan. Dalam kasus Indonesia, faktanya, Covid-19 trennya masih eskalatif baik yang terpapar maupun yang meninggal. Syukurnya, aktivitas masyarakat mulai membaik walaupun masih terbatas.
Sehingga konsumsi masyarakat kebanyakan mulai meningkat. Juga berkat program perlinsos pemerintah, meskipun konsumsi masyarakat menengah ke atas terbatas. Dampaknya, kinerja sektor produktif, khususnya UMKM mulai membaik yang didukung kebijakan stimulus.
Untuk sektor korporasi masih kesulitan, karena rendahnya permintaan dan aktivitas ekonomi. Dari sisi sektor perbankan, tampaknya kinerja mereka masih bersifat konstan, tetapi posisinya cukup baik.
Likuiditas terjaga dan DPK cukup baik, meski dominan berupa tabungan dan penempatan dana. Kecukupan modal juga terjaga. NPL rendah, tetapi penyaluran kredit sangat terbatas, karena pemintaan lemah.
Dapat dicatat beberapa kondisi bersifat positif. Sudah ada ada rencana pelaksanaan vaksinasi walaupun belum ada kepastian. Ekonomi global mempunyai tren mulai kondusif, dianggap karena terpilihnya presiden baru AS, serta pulihnya ekonomi Tiongkok.