FAJAR.CO.ID, MAROS -- Cuaca ekstrem yang terjadi beberapa waktu belakangan ini membuat para nelayan di Desa Tupabiring, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros memilih untuk tidak melaut. Bahkan ada yang sudah sepekan tak melaut.
Salah seorang nelayan, Latif misalnya, memilih tak melaut karena takut akan cuaca. Ombak tinggi dan ikan pun sulit dicari. "Belum lagi kondisi itu sangat membahayakan diri kalau kita memaksakan diri melaut," ungkapnya
Meski tak melaut, para nelayan memanfaatkan waktunya untuk memperbaiki jaring dan kapal. Ada pula yang mencari kerja sampingan. "Biasa juga kita pergi bekerja serabutan supaya tetap bisa menafkahi keluarga. Karena sekarang tidak melaut," ujarnya.
Nelayan lainnya, Ambo Tuo juga mengaku sudah hampir sebulan tidak melaut. Selama tidak melaut, ia hanya bisa mencari pekerjaan sampingan. Misalnya, membantu orang menanam padi. "Ya karena kalau melaut berbahaya bagi keselamatan nelayan dan penghasilan juga kurang," katanya.
Saat ini, katanta, ada sekitar 40-an lebih kapal yang memilih tak melaut. Makanya, mereka harap ada bantuan dari pemerintah. Pun jika ada nelayan yang berani melaut, hanya bisa memperoleh penghasilan Rp50 ribuan saja.
"Biasanya kita modal bensin dan lain-lain itu Rp200 ribuan. Kalau hasil melaut lumayan bisa menghasilkan Rp300 ribu saja. Kita dalam satu kapal biasa ada dua orang, jadi biasanya setelah menyisihkan uang modal itu sisanya Rp100 ribu kita bagi dua jadi masing-masing dapat Rp50 ribu," akunya.
Kepala Stasiun Klimatologi Kabupaten Maros, Hartanto mengatakan, beberapa hari terakhir hujan sudah masuk dalam kategori ekstrem. Saat ini sudah fase memasuki puncak musim hujan hingga bulan Januari.