FAJAR.CO.ID, MAROS - Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maros melemah atau minus 10,87 persen. Kabupaten Maros bahkan menjadi kabupaten pertumbuhan ekonomi terendah di Sulsel.
Penurunan pertumbuhan ekonomi ini menjadi tantangan di awal masa pemerintahan Bupati Maros, AS Chaidir Syam dan wakilnya, Suhartina Bohari.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Maros, Muh Alwi mengakui, jika pertumbuhan ekonomi di Maros mengalami kontraksi minus 10,87 persen.
Angka ini kata dia, berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Maros. Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi atau penurunan hingga minus 10,87 persen. Sementara di tahun 2019, berada diangka 1,24 persen.
Kondisi ini katanya, dialami oleh hampir semua daerah di masa pandemi Covid-19. Namun, Maros yang paling rendah di Sulsel. Ada 17 sektor yang paling berpengaruh. "Sektor transportasi udara dan pergudangan menjadi indikator terbesar penurunan pertumbuhan ekonomi," jelasnya.
Sebab kata Alwi, dari sektor transportasi udara dan pergudangan menyumbang hampir 40 persen. Sehingga ketika angkanya menuruna akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Bukan hanya itu kata dia, sektor industri pengolahan termasuk semen dan bahan galian mineral dan bukan logam, serta sektor pertanian juga mengalami penurunan.
"Untuk sektor industri minus 7,23 persen. Sedangkan sektor pertanian yang di tahun sebelumnya 5,29 turun menjadi minus 2 persen," jelasnya.
Dijelaskan Alwi, penurunan yang terjadi dibeberapa sektor itu, selain karena pandemi Covid-19 juga karena faktor alam. Termasuk adanya pandemi Covid-19.