Sepenggal Kisah dari Film Mappalisu Sumange: Pesan Budaya dari Masa Lalu

  • Bagikan

"Idi to Bone waraniki empuno bata-bata (kita orang Bone berani membunuh keraguan)," kata Andhy Mantra Bumi

AGUNG PRAMONO
Bone

Masa kecil anak tidak akan terulang dua kali. Didikan orang tua sudah harus sejak dini. Sebab, ketika sudah masuk sekolah sang anak sudah memiliki dunianya sendiri.

Budaya dalam mendidik anak yang perlahan mulai bergeser. Terakulturasi dengan budaya luar yang bertentangan dengan jati diri sebagai bangsa bugis.

Sejak kecil anak sudah di pere (diayung), dinyanyikan yabe lale (lagu khas orang bugis). Simbol kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Konsumsi sekarang lagu-lagu dari luar.

Apti Aspriandy dan Arul Virgo mengemasnya dalam sebuah karya sineas. Film Mappalisu Sumange. Mengisahkan sebuah pesan (pappaseng) orang tua kepada anaknya.

Dalam film itu Sumange (pemeran anak) putus asa. Terlahir dari keluarga miskin di pelosok desa Bone. "Indo, mapeddi tongeng pale ko kasi-asiki (Ibu, sakit betul kalau miskinki)," kata sumange.

"Manengka makkedako makkero nak, na yatu to sugie narekko matanre sukkuruki. (Kenapa bilang begitu nak, orang kaya itu ketika memiliki rasa syukur yang tinggi)," timpal sang ibu ke Sumange.

Dari sepenggal cerita itu, orang tua selalu memberikan semangat kepada anaknya. Memberikan semangat. Bahkan, saat ingin kuliah Sumange menyadari kondisi orang tuanya yang tidak memiliki apa-apa. Tapi, sang ayah selalu memberikannya support.

"Ajja makkeda mappakotu nak, nasaba idi to bone waraniki empuno bata-bata (Jangan bilang begitu nak, kita orang Bone berani membunuh keraguan)," sebut Ayah Sumange.

  • Bagikan

Exit mobile version