FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Ditengah polemik terbelahnya organisasi kepemudaan di Makassar, sejumlah organisasi pemuda tampil bersatu melawan terorisme.
Di antaranya dilakukan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI ), Pemuda Muslimin Indonesia, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHDI) Makassar.
Tokoh agama yang juga akademisi UMI, Dr Abdul Wahid menyampaikan apresiasi atas kegiatan yang dilakukan organisasi pemuda lintas agama tersebut. Termasuk kepada Poros Pemuda Indonesia Sulsel sebagai fasilitator keguatan.
"Ini gambaran persatuan demi merefleksikan beberapa kejadian radikal yang tidak terkait agama manapun," kata Abdul Wahid disela deklarasi di RM Torani, Rabu, 21 April. Ajaran Islam sendiri kontra produktif terkait aksi radikalisme terorisme yang terjadi belakangan di tanah air.
Sebaliknya kejadian tersebut sangat kental dengan nuansa politik. Disebutkan, Pancasila sudah selesai mnjadi ideologi negara. "Radikalisme yang berujung teror bertentangan dengan esensi nilai ajaran agama manapun," bebernya.
Ketua Bidang Pengkaderan GMKI Makassar, Stenly Putra Salu mengatakan radikalisme tidak terlepas dari pemahaman nilai-nilai kebangsaan yang kurang. Maka pemuda butuh penguatan untuk menyatukan pemikiran dan pemahaman agar terhindar dari penyebaran radikalisme. "GMKI melihat aksi teror di tanah air bukan produk agama tertentu, murni sebagai aksi kejahatan kemanusian yang perlu diperangi bersama," kata Stenly.