Bukan hanya itu, Amran bersama istrinya juga berulangkali “terciduk” makan di warung kaki lima, atau di gerobak pinggiran. Termasuk bisa istirahat sejenak tanpa alas tidur. Dan sama sekali tak gengsi.
Satu kebiasaan yang mungkin belum diketahui khalayak umum adalah Amran Mahmud sering kali tanpa pengawalan ketat atau formal dari protokoler dalam kesehariannya sebagai kepala daerah. Hal itupun membuatnya bisa mudah berbaur dengan masyarakat.
Bukan hanya itu, Amran Mahmud juga bukan tipikal pemimpin yang mau dilayani atau diperlakukan khusus ketika menghadiri kegiatan. Seperti kala memenuhi undangan warga di pedesaan.
Pun dengan kebiasaan lainnya yang kadang tidak masuk di agenda protokoler pemerintahan. Seperti ketika melintas ada warganya yang berduka, berulangkali meminta untuk singgah melayat. Termasuk ketika ada warganya yang menggelar resepsi pernikahan.
“Kalau itu dari dulu. Jauh sebelum jadi bupati, itu memang kebiasaan beliau. Jadi bukan hal
yang baru,” kata salah seorang stafnya yang sudah lama mengikutinya, Ulla Sugana, Senin (28/6/2021).
Soal hubungannya dengan ormas keagamaan atau tokoh-tokoh agama, jangan tanya lagi. Amran Mahmud yang memang dikenal sebagai cendikiawan, nyaris diterima semua golongan. Baik tokoh NU, Muhammadiyah, Khalwatiyah Samman, Wahdah Islamiyah, organisasi keagamaan lainnya, maupun pemuka agama lain.
Tak heran jika Amran Mahmud yang “berdarah” Muhammadiyah, tetap mendapat kepercayaan di As’adiyah yang kental dengan tradisi NU. Amran bahkan diamanahkan sebagai Wakil Direktur Pasca-Sarjana IAI As’adiyah. Begitu pula sering dilibatkan diberbagai kegiatan Pesantren As’adiyah.