FAJAR.CO.ID, MAMUJU -- Pelayanan kesehatan di RSUD Mamuju terganggu. Ratusan tenaga kesehatan (nakes) sedang mogok kerja, lantaran upah yang tak kunjung dibayarkan.
Asal tahu saja, terdapat 224 orang tenaga kesehatan sukarela dan honorer di RSUD Mamuju. Mereka terdiri dari perawat dan bidan. Upah mereka belum dibayar sejak Maret 2021 bahkan masih ada sisa honor selama tiga bulan lalu yang juga belum terbayar.
Akibatnya layanan rumah sakit ikut terdampak. Karena kondisi ini, beberapa ruang perawatan digabung menjadi satu untuk memaksimalkan pelayanan. Ini lantaran jumlah petugas yang tak bisa mencover seluruh pasien yang dirawat.
Masalah ini tak lepas dari kebijakan bupati dan wakil bupati yang sekarang, karena telah membekukan SK sejumlah tenaga kontrak. "Ada penggabungan ruangan. Dari tiga ruangan menjadi satu, dengan pertimbangan ASN sedikit. Pasca mogoknya tenaga kesehatan ini, layanan cukup terganggu," ujar Hermawati, salah seorang petugas di bagian Instalasi Rawat Inap.
Mardiana seorang perawat di RSUD Mamuju, mengaku hingga saat ini para tenaga kesehatan belum mendapatkan insentif atau Dana jaga pelayanan BPJS. "Kami merasa, hanya tenaga saja yang dibutuhkan, mereka tidak memikirkan bagaimana kebutuhan kami. Termasuk bagaimana jaminan kesehatan kami. Untuk tahun ini belum ada yang dibayarkan," ujarnya tenaga medis di ruang perawatan bayi itu.
Wakil Bupati Mamuju, Ado Mas'ud mendesak manajemen RSUD Mamuju agar serius mengatasi persoalan mogoknya ratusan tenaga medis. Ado sapaannya, khawatir jika aksi mogok kerja ratusan tenaga medis memberikan dampak lebih besar ke pelayanan.