Kisah Syamsumarlin, Anak Petani yang Ingin jadi TNI, Malah Terjun ke PBHI

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Tak ada yang tahu nasib setiap manusia. Termasuk orang tuanya sendiri.

Seperti yang dialami oleh Syamsumarlin. Sejak kecil, pemuda berusia 29 tahun ini tinggal dari sebuah perkampungan di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa.

Sejak ia masih belia, Syamsumarlin ingin menjadi seorang aparat TNI. Namun saat ia beranjak dewasa saat ini, impian yang seharusnya ia harus capai, malah sedikit berbelok.

"Sebenarnya waktu SD cita-citanya jadi tentara," katanya saat berbincang santai kepada jurnalis Fajar.co. id, Rabu (6/10/2021).

Gagal menjadi aparat TNI, Syamsumarlin memilih menjadi pendamping hukum di Persatuan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Sulawesi Selatan, dan mengawal kasus pembunuhan yang hingga kini belum diungkap polisi.

Salah satunya kasus pembunuhan terhadap seorang warga sipil bernama Daeng Liwang, yang tewas karena ditembak memakai senjata api oleh orang yang tak dikenal di Jalan Yompo Daeng Naba, pada 2019 lalu.

Daeng Liwang yang disebut-sebut juga kerap terlibat dalam sengketa tanah, harus meregang nyawa dengan cara yang sadis. Kasus itu sampai sekarang masih tanda tanya di Polda Sulsel.

Kita kembali ke masa hidup Syamsumarlin. Pria bertubuh tinggi dan putih langsat ini merupakan anak seorang petani bernama Jamaluddin Daeng Barakka dan ibu bernama almarhumah Syamsiah.

Syamsumarlin juga adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Alasannya ia memilih menjadi seorang pendamping hukum di PBHI, karena ia melihat warga sipil butuh bantuan hukum.

"Terjun di dunia profesi hukum khususnya sebagai advokat publik merupakan panggilan nurani. Masih banyak masyarakat yang awam pengetahuan tentang hukum dan membutuhkan bantuan hukum serta pendampingan dalam mengakses keadilan," jelasnya.

  • Bagikan

Exit mobile version