FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Cakupan vaksinasi di Sulawesi Selatan (Sulsel) berjalan cukup lambat. Warga masih terbuai dengan hoaks mengenai vaksin Covid-19.
Padahal, Pemprov Sulsel dan pemda setempat bekerja keras untuk menggencarkan vaksinasi massal. Per Rabu, 13 Oktober, cakupan vaksin dosis pertama mencapai 36 persen atau 2.534.939 jiwa. Sedangkan dosis kedua masih diangka 22,7 persen atau 1.571.998 jiwa dari target 7.058.141 jiwa.
Artinya, Sulsel masih butuh sasaran vaksinasi 4.523.202 jiwa untuk dosis pertama. Serta dosis kedua masih perlu suntikan untuk 5.486.143 jiwa.
Dari 24 kabupaten/kota, ada tiga daerah yang minim cakupan vaksinasinya. Yakni, Jeneponto 15,5 persen, Bulukumba 20,9 persen, serta Bone 22,3 persen.
"Vaksin memang kita pastikan tiap hari berjalan dan ada titiknya. Hanya saja, ada daerah yang mengalami keterbatasan tenaga vaksinator, rendahnya motivasi warga, stok vaksin yang kadang tersendat begitu pun pendekatan satgas masih kurang," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sulsel, Muhammadong, Rabu, 13 Oktober.
Belum lagi, pengaruh hoaks akan efektivitas vaksin juga menjadi faktor penghambat lainnya. Kasus melandai membuat pemahaman masyarakat berubah, menganggap wabah ini sudah tidak ada lagi.
Padahal, bukan seperti itu tujuan vaksin. Melainkan agar masyarakat lebih mengantisipasi apabila lonjakan kasus kembali naik.
Kepala Diskominfo Sulsel, Amson Padolo menganggap kecanggihan teknologi saat ini membuat mereka lebih leluasa bermain dan menyebar informasi yang tak jelas asal-usulnya.