Rasa canggung hilang. Kalimat pengantar mulai mengalir. Kusebut tanggal lahir Anis Baswedan. Kusebut sejumlah statemen-statemen yg memang sudah terekam dalam memoriku. Tepukan tangan audiance semakin memberiku rasa percaya diri. Hingga sy berdiri sembari mempersilahkan sang narsum. Dalam aksentuasi yg sedikit meninggi, …….kita undang H. Anis Rasyid Baswedan ke atas panggung….
Saat di panggung, ARB mengucapkan terima kasih. Ia memberiku pujian. Beberapa detik tanganku berjabat. Sy menimpali dengan senyuman. Meski sy tau pujian itu untuk menyenangkanku. Krn jauh2 dari Bulukumba utk mendampinginya. Kalimat itu sy ucapkan di depannya. Seperti jika melihat videonya ia tersenyum atas kata2ku.
ARB telah menunjukkan kelasnya. Ia banyak menceritakan point krusial. Mulai cara berbangsa hingga bagaimana persatuan dirajut. Ia bukan saja seorang yang taat agama, tapi juga amat mencintai negeri ini. Filosofi keadilan yang jadi roh utama selama memimpin Jakarta ia jelaskan secara tuntas. " Oleh Allah, sy akan dimintai pertanggung jawaban kelak atas amanah ini," Ucapnya. Dari itulah kenapa programnya disebut berpihak ke rakyat dan kepentingan khalayak.
Saat sesi berakhir, ia serahkan ponsel pintarnya ke sy. Ia minta untuk memasukkan nomor kontakku. Dengan sedikit gemetar, sy masukkan lalu menulis nama lengkapku. Ia sempurnakan namaku dengan menambahkan kata Makassar di belakangnya. Ini tak mungkin kulupakan. Jika pun tak jadi presiden, setidaknya no HP ku diminta oleh orang nomor 1 di Provinsi Utama Republik ini, DKI Jakarta, sudah membuatku bangga tak terkira.