Oleh: A. Amir
Staf pengajar Komunikasi bisnis LP3I Makassar
Pak IAS pernah mengatakan bahwa di tahun 2010 dia pernah terdzolimi di Partai Golkar, saat kontestasi kepemimpinan GOLKAR SULSEL, walaupun didukung 24 DPD2 GOLKAR se SULSEL tapi dipaksakan aklamasi untuk memilih SYL…. pada saat kalau tidak salah pak NH sebagai korwil Sulawesi, sepertinya pak IAS juga tidak diinginkan sebagai ketua GOLKAR SULSEL oleh DPP
Nah, suasana batin pak IAS saat itu sama dengan suasana batin pak TP saat ini, namun pak TP, beliau saat ini adalah pemegang mandat DPD I GOLKAR SULSEL yg sah dengan SK dan telah dilantik, dalam konteks ini kelihatan bahwa pak TP paham bahwa sangat penting berpikir jernih dan rasional dalam mempertimbangkan dinamika realitas politik, serta menentukan langkah dan tindakan politik selanjutnya.
Pak TP tentu sangat welcome atas kembalinya pak IAS ke kampung halaman politiknya yaitu partai GOLKAR yang membesarkan karirpolitiknya sejak awal berkiprah di politik. Pertimbangan pak TP sangatlah rasional, dengan mempertimbangkan kebuuhan partai politik saat ini akan influencer-influencer handal untuk mendongkrak elektabilitas partai. Dan pak IAS dengan reputasi sebagai anggota DPRD SULSEL Fraksi GOLKAR, walikota Makassar 2003-2008 yang diusung partai GOLKAR, lalu kembali menjadi incumbent lagi di tahun 2008 yang diusung partai GOLKAR, tentunya adalah pengalaman politik yang cukup di masa nya.
Pada konteks kekinian partai GOLKAR sebagai partai yang sangat dewasa melihat segala anomali politik, shopistikasi jaman, dan bahkan di era disrupsi politik partai GOLKAR tidak ketinggalan dalam hal berselancar diatas ombak perubahan di semua lini kehidupan masyarakat terutama dalam sensasi politik. Golkar tentu sangat paham dan bijak melihat sebuah peristiwa anomali pada kehidupan politik pak IAS.