Senyum TP dan Sombere’ nya IAS

  • Bagikan

Melihat berubahnya laut yang biru menjadi kuning nya padi di sawah adalah proses perjalanan panjang dari sosok IAS. Dari pengalaman politik di "lautan biru" dengan hempasan ombak pemecah demokrasi ideal dalam rupa elitisme politim, membawa sosok IAS bertemu dengan seorang TP yg sedang berkeringat membersihkan padi yang menguning di sawah dari berbagai rumput liar, maka berpelukan adalah momen tepat meredakan tensi politik demokrasi elitis. Dalam praktek komunikasi politik yang baik tentu sikap welcome pak TP ke IAS dan keterbukaan pak IAS sangat santun dalam politik.

Pak IAS kembali ke sawah dengan padi yang menguning disambut dengan senyuman peluh keringat pak TP membuat beringin rindang itu menjadi tempat bercengkrama politik yang semestinya sejuk.

Dua tipikal politisi yang jika saling mengisi akan membawa kebangkitan partai kearah kemenangan.

Soal kontestasi yang menurut persepsi kita setelah melihat begitu gencarnya dua tokoh ini dalam menyentuh preferensi politik publik SULSEL adalah bentuk keinginan untuk maju sebagai kontestan adalah hal yang wajar bagi manusia, keinginan menjadi pemimpin tentu hal yang bisa diterima. Namun pemimpin yang terpilih dengan ketinggian etika sipakatau yang sama-sama kita junjung tentu hal yang afdal untuk kita sepakati bersama. Bagi keduanya saya berharap dengan akar kearifal kita sebagai menusia timur maka prinsip sipakatau inilah yang merangkul keduanya untuk maju bersama.

Seperti apa keputusan politik partai GOLKAR, saat ini hanya Rakyat yang bisa menjawab, kita sebagai pihak yang mengamati hanya berharap yang terbaiklah yang memimpin kita.

  • Bagikan