Oleh: Yanuardi Syukur
(Alumni Antropologi FISIP Unhas)
Ikatan Alumni (IKA) Antropologi FISIP Universitas Hasanuddin akan menyelenggarakan Musyawarah Besar pada Minggu (12/6/2022) secara daring. Temanya menarik, yakni 'menyatu dalam kekerabatan untuk sinergi membangun peradaban bangsa', dan sangat relevan dalam konteks kita kebangsaan kita sekarang. Tema tersebut dapat kita pilah dalam beberapa kata penting: persatuan, kekerabatan, sinergi, pembangunan, peradaban bangsa.
Kata 'menyatu' atau kita pakai 'persatuan' adalah sila ketiga Pancasila, "Persatuan Indonesia" yang sangat penting bagi integrasi sosial-budaya di Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka, kepulauan Nusantara dikenal sebagai kepulauan yang dipimpin para raja yang berkhidmah untuk negerinya. Saat Sumpah Pemuda (1928), Indonesia merdeka (1945), sampai saat ini, kata persatuan tetap menjadi kata penting yang tidak bisa kita lupakan.
Antropolog sejak awal berpikir integratif, maksudnya bagaimana caranya segenap perbedaan yang ada dalam negara-bangsa ini dapat disatukan, yang kemudian menjadi energi besar untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Maka, seruan para antropolog kepada bangsa kita tidak terlepas dari seruan untuk bersatu demi kejayaan bangsa kita.
Kata selanjutnya, 'kekerabatan' juga penting bagi Indonesia kita. Di tengah penetrasi globalisasi digital kayak sekarang, kita betul-betul diperhadapkan pada pergeseran (shifting) dari yang lama pada yang baru. Perubahan mindset, kultur, hingga strategi sosial-budaya dibutuhkan dalam dunia yang mengutip Anthony Giddens (2002) disebut sebagai "runaway world", sebuah dunia yang berlari kencang di tengah ketidakpastian.