Kontribusi Alumni Antropologi Unhas untuk Bangsa

  • Bagikan

Giddens menyoroti bahwa globalisasi yang menerpa kita (pada 2002)--dan saya kira masih berlanjut sampai post-pandemik ini--tidak dapat diprediksi dan masih tidak stabil. Pandemi coronavirus dari Wuhan pada akhir 2019 berdampak serius pada tatanan ekonomi, politik dan sosial-budaya. Kita betul-betul terdampak, tapi kita harus bisa keluar dari jebakan pandemik tersebut dengan kolaborasi dan sinergi. Dalam konteks ini, kekerabatan dari arti luas menjadi penjaga bagi integrasi sosial-politik dan bagaimana kita maju sebagai bangsa.

Slogan FISIP Unhas "Bersama-Bersatu-Berjaya" menjadi penting untuk kita hadirkan dalam hari-hari kita. Bahwa, kejayaan tidak akan mungkin bisa diraih tanpa adanya kebersamaan dan persatuan. Maka, kebersamaan dan persatuan sebenarnya dapat kita maknai sebagai kontribusi dan sinergi demi tercapainya kejayaan bangsa dan kesuksesan warga bangsanya.

Adapun kata 'pembangunan' kendati sangat familiar di masa Orde Baru, masih tetap kita butuhkan dalam konteks pembangunan kapasitas manusia Indonesia sekaligus dengan pembangunan interkoneksi antarpulau di sepanjang Nusantara. Interkoneksi antarpulau menjadi penting, bahkan itulah yang menjadi pendorong kemajuan kita sebagai bangsa yang bersatu, berdaulat dan bervisi besar menciptakan bangsa adil dan makmur.

Interkoneksi ini tidak hanya cukup secara fisik, tapi harus dibarengi dengan interkoneksi jiwa sebagai warga bangsa. Artinya, alumni antropologi yang saat ini berkiprah dalam berbagai bidangnya perlu disatukan dalam interkoneksi wadah alumni untuk selanjutnya disinergikan kontribusinya bagi kemajuan almamater, Sulsel dan bangsa Indonesia.

  • Bagikan