"Karena seringnya berkelahi, ayah saya sering dipanggil ke sekolah oleh guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 2. Karena beliau tinggal di rumah orang tua saya maka setiap ada masalah di sekolah dengan siswa lain khususnya berkelahi maka tak ketinggalan surat panggilan orang tua wali melayang ke rumah. Prof Basri sering berantem dengan siswa lainnya di awal menginjakkan kaki di SMAN 2 Makassar," tutur Sekjen PP KKT Jeneponto ini.
Tapi yang mengherankan, Prof Basri tidak pernah dimarahi oleh ayah Rachmat karena kebiasannya berkelahi di sekolah. "Justru dia didoktrin oleh ayah saya untuk menjadi laki-laki Turatea yang pantang menyerah menghadapi tantangan perkelahian. Lebih baik saya mendengar kamu terluka diluar sana daripada kamu lari dikejar oleh musuhmu, demikian pesan ayah saya kepada Prof Basri saat itu," papar Rachmat.
Kendati Prof. Basri sering merepotkan ayah Rachmat karena ulahnya di sekolah, tetapi dia termasuk salah seorang ponakan yang disayang. Selain karena rajin di rumah juga penurut dan pembersih. "Saat itu di rumah saya tinggal beberapa sepupu dari kampung yang melanjutkan sekolah dan kuliah di Makassar," kenang Dirut PT Biringkassi Raya.
Selepas dari SMA Negeri 2, Prof Basri melanjutkan kuliah di Fak. Ekonomi UMI. Kemampuan akademik dan kepemimpinannya mulai terlihat saat di Kampus UMI. Dia aktif di organisasi intra kampus maupun ekstra kampus dan pernah menjabat Ketua Senat Mahasiswa Fak. Ekonomi UMI. Dia pun mampu menyelesaikan studi S1 tepat waktu bahkan sampai ke jenjang S2 dan S3.