Oleh: Yanuardi Syukur
Berita sakitnya Profesor Supriadi saya dapatkan dari ruang Dekan FISIP UI saat bertemu Dekan Profesor Semiarto Aji Purwanto. Saat ngobrol-ngobrol, Prof. Aji bercerita bahwa beliau menjadi penguji di Dept Antropologi Unhas, dan mengabarkan bahwa Prof. Supriadi sedang sakit.
Tak lama setelah itu, di salah satu tulisan yang saya share di Facebook, saya menulis terkait Prof. Supriadi. Tidak menulis namanya tapi sosoknya yang sedang sakit, tapi kemudian diberi kesehatan dan menjadi kopromotor untuk ujian seorang mahasiswa S3 di Unhas. Di sini, semangat Prof. Supriadi begitu luar biasa untuk menyukseskan tugasnya sebagai kopromotor mahasiswa S3.
Pada 14 Juli 2022, di Facebook, ia posting foto dan menulis, "Alhamdulillah sdh bisa beraktivitas kembali walaupun masih tertatih-tatih utk bertindak sebagai CoPromotor 2 ujian Doktor Rahmat Doni Lahatie dari Gorontalo, 14 Juli 2022."
Berita wafatnya Prof. Supriadi saya dapatkan dari grup Ikatan Keluarga Alumni Antropologi FISIP Unhas. Selanjutnya, di beberapa grup alumni dan juga di Facebook muncul berita tersebut. Tribunnews juga memberitakan itu. Mendengar kematian Prof. Supriadi, kita jadi sedih sebab betapa cepat beliau dipanggil oleh-Nya.
Saya jadi teringat saat diajar oleh beliau di Dept Antropologi Unhas. Pada bahasan tentang kebudayaan masyarakat maritim di Sulsel, beliau menjelaskannya dengan sangat baik, bahkan lengkap dengan syair-syair yang disenandungkan oleh pelaut Makassar. Sampai sekarang saya masih ingat, bahkan kadang saya ingat-ingat, yang terjemahannya begini: "…hujan hujan di malam hari, kukira air matamu…angin mamiri kukira pesanmu tiba.."