FAJAR.CO.ID, TAKALAR -- Pusat Studi Pengelolaan Limbah ITP telah menunjukkan kerja nyatanya, tidak hanya menghasilkan kajian akademis tentang limbah dan lingkungan tapi dimulai dari kerja kolaboratif dengan pemilik usaha meubel.
Seperti kerjasama yang ditunjukkan hari ini, bersama pengusaha Tuan Muhajir, mendirikan workshop (bengkel) pengelolaan limbah kayu di kelurahan salaka, Pattallassang.
Para pengusaha meubel selama ini hanya menghasilkan meubeler seperti lemari, tempat tidur, meja dan kursi, namun belum mengolah limbah kayu seperti potongan kayu dan serbuk gergaji.
"Selama ini limbah kayu menjadi sampah, hanya dijadikan kayu bakar, kita bersyukur karena ITP memberi ide untuk mengelola limbah kayu menjadi kerajinan tangan sehingga bisa menambah penghasilan,"terang Tuan Muhajir, Kamis (15/9/2022).
Kepala Pusat Studi Pengelolaan Limbah ITP, Arif Mahmuda mengatakan bahwa ITP akan selalu berpikir untuk melakukan kolaborasi dalam menyelesaikan problem yang dialami masyarakat dan lingkungannya, seperti limbah ini. Kami ingin mengabdikan diri untuk membangun ekonomi sirkular, limbah harus dipandang sebagai sumberdaya yang menguntungkan semua pihak.
Bupati Takalar, Syamsari Kitta yang hadir untuk meresmikan workshop tersebut mengapresiasi gerak cepat ITP untuk membantu pemerintah dalam menyelesaikan problem yang dihadapi masyarakat.
"Inilah wujud nyata ekonomi sirkular yaitu mengubah limbah kayu yang sudah menggunung, dan sisa-sisa kayu dalam potongan kecil yang tidak lagi digunakan menjadi produk berharga, yang bisa mendatangkan pendapatan tambahan bagi pengusaha, saya berharap dari limbah ini bisa bermunculan usaha-usaha baru, apalagi ITP memang konsern mendidik mahasiswanya untuk menjadi kelompok pengusaha, " harap Syamsari.