Penulis menengarai adanya rantai change management yang terputus juga perlunya masing-masing satuan pendidikan yang menyelenggarakan program sekolah penggerak dan implementasi kurikulum merdeka secara mandiri untuk mendesain model pengelolaan perubahan.
Hal ini tampaknya mendesak dilakukan sebelum transformasi ini tergelincir ke sekedar ‘ular berganti kulit’ bukan ‘kepompong menjadi kupu-kupu’. Jangan sampai secara administratif satuan pendidikan telah menggunakan kurikulum baru tetapi paradigma dan suasana pembelajaran tidak ada bedanya dengan kondisi saat menerapkan kurikulum terdahulu.
Model Perubahan ADKAR
Salah satu model perubahan yang popular dipakai sebagai alat (tools) untuk mendorong perubahan dalah ADKAR. ADKAR sendiri terdiri atas lima fase yakni Awareness, Desire, Knowledge, Ability/Action, dan Reinforcement. Lima fase tersebut menyiratkan sebuah tahapan yang holistik dalam menggerakkan perubahan yang dicita-citakan.
Fase awareness adalah fase di mana kita menumbuhkan kesadaran dan alasan kenapa sesuatu harus berubah. Sasaran fase ini adalah mindset (pola pikir). Orang-orang harus diajak melihat realita dan menemukan adanya masalah bersama yang harus ditanggulangi, jika fase ini gagal, sulit untuk memulai perubahan kecuali dengan pemaksaan.
Fase desire merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya, di mana kita harus berhasil menumbuhkan keinginan yang kuat untuk berubah dan mendukung perubahan, syaratnya mereka harus paham ‘the big why’ pada fase awareness.
Tahapan selanjutnya adalah knowledge dan ability yang intinya mempersiapkan tim secara pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan perubahan. Untuk membuat sekelompok orang efektif menjalankan perubahan harus ada yang menjamin tersedianya panduan, narasumber, pelatihan, dan sumber daya lain yang dibutuhkan. Di fase ini kelihaian memimpin perubahan dan mengorkestrasi tim sangatlah krusial, bagaimana selalu menjaga ritme projek tetap dalam koridor tanpa membuat orang-orang merasa ditekan atau terlalu dimonitor juga menjadi hal kunci.