Bukti kasat mata dan sederhana di mana ekonomi masyarakat Sulsel yang semakin kuat dikuasai dan dan dominasi kelompok terbatas adalah fenomena munculnya gerai-gerai Alfamart dan Alfamidi yang semakin menjamur tak terkendali hingga sampai di pelosok desa-desa terpencil di Sulsel, khususnya di Kabupaten Pinrang dan tetangganya Kabupaten Sidrap.
Kemunculan gurita ekonomi ini, bukan hanya mematikan ekonomi rakyat kecil di desa-desa sekitar, namun juga memberikan efek tidak langsung pada merebak dan naiknya budaya konsumerisme di masyarakat. Kecenderungan masyarakat kita yang ramai belanja di satu sisi, tanpa mengabaikan masyarakat lain, pada akhirnya menimbulkan kecemburuan di antara mereka. Gengsi dan prestise terjadi di antara mereka. Bagi yang mampu berkompetisi itu boleh jadi tidak masalah. Namun bagi yang tidak mampu berkompetisi, jalan utang di lintah darat dan jadi kurir Narkoba adalah solusi cepat.
Dengan demikian, Bariani hidup di tengah ekonomi warga Sulsel yang semakin terkapitalis, masyarakat yang semakin konsumtif dan melahirkan masyarakat yang semakin individualistik. Masyarakat kita kemudian menjadi gamang, tidak siap pada perubahan lingkungannya. Di antaranya, gamang menghadapi budaya pamer kekayaan yang kini menjadi gaya hidup dan trendi di Pinrang, Sidrap, Wajo, Soppeng dan daerah lainnya di Sulsel.
Mereka, masyarakat kita menjadikan ruang-ruang publik, seperti di hajatan pernikahan, khitanan, aqiqa dan lainnya, jadi ruang ajang pamer kekayaan, status sosial dan kelas tentunya. Di Pinrang contohnya, di tengah-tengah tetangganya yang masih banyak hidup dengan ekonomi pas-pasan, seorang warga Pinrang menikahkan anggota keluarganya, dengan uang mahar atau uang panai miliaran rupiah, dan menggelar pesta pernikahan secara besar-besaran yang panggung hiburannya, diisi artis-artis tenar dari Jakarta. Makin memperparah kecemburuan sosial. Dan Bahriani adalah potret bagi ibu-ibu muda di Pinrang, Sidrap, Wajo dan mdaerah lainnya di Sulsel yang cepat mengambil jalan pintas yang berakibat pula pada naiknya angka perceraian karena persoalan ekonomi rumah tangga, di Pinrang, Sidrap, Wajo. Setiap tahunnya naik, dari 5 sampai 10 persen.