Di balik mati surinya ribuan koperasi itu, ungkap Nurdin ada satu hal positif yang patut dicermati bersama bahwa minat masyarakat berkoperasi sangat tinggi. Minat atau keinginan untuk berusaha dalam wadah yang sama berdasarkan asas kekeluargaan.
"Apabila sampai muncul masalah mati suri, kita semua di lembaga Gerakan koperasi bersama pemerintah harus intropeksi diri bahwa pasti ada yang salah dalam proses pembinaan dan pemberdayaannya," lanjutnya.
Di satu sisi, tambah Nurdin Halid. Harus dipahami sungguh-sungguh bahwa masyarakat yang mendirikan koperasi sebagian besar belum memiliki kapasitas dan kapabilitas manajemen bisnis yang memadai, hanya semangat besar untuk maju Bersama yang mereka miliki.
"Dalam serba keterbatasan kapasitas manajemen, modal, dan lain-lain, mereka melihat koperasi sebagai jalan untuk maju, untuk keluar dari kemiskinan dan lain-lain. Mereka tidak memiliki pilihan selain lembaga koperasi yang memang cocok untuk usaha bersama," ucap Nurdin Halid.
“Kita harus jeli melihat masyarakat kita yang semangat berkoperasi sudah diramalkan atau sejalan dengan filosofi sapu lidi Bung Hatta, sebatang lidi gampang dipatahkan, tetapi kumpulan batang lidi yang menjadi sapu lidi, sulit dipatahkan," sambung dia.
Di sisi lain, ditegaskan Nurdin Halid, pemerintah pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota memiliki banyak sumberdaya yang bisa membantu usaha masyarakat dalam berkoperasi, mulai dari sumberdaya uang untuk modal usaha, SDM pelatih dan pendamping, peralatan atau mesin produksi, jaringan dan akses pasar.