FAJAR.CO.ID, MAROS — Ia bertutur dengan antusias, sesekali tangan kirinya bergerak, berusaha menggambarkan apa yang ia ucapkan melalui gestur.
“Manfaat biogas yang ada di Desa Sambueja sangat membantu kami, LPG dan pupuk sekarang mahal. Sekarang kami tidak pakai pupuk kimia dan LPG lagi,” jelas Habo, warga Desa Sambueja, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, kepada wartawan saat Media Visit Kampung Hijau Energi, Jumat (17/2/2023).
Habo adalah salah satu Ketua Kelompok Tani di Desa Sambueja, ia dipercaya oleh Yayasan Kalla, lembaga pengelola CSR dan ZIS Kalla Group untuk mengelola reaktor bio gas di Desa Sambueja.
Perkenalan Habo dengan biogas bermula saat ia diboyong Pemerintah Desa Sambueja studi banding ke Kabupaten Sinjai. Setengah bulan di sana, ia mengaku sangat ingin mengelola biogas. Namun karena keterbatasan modal, keinginannya terpaksa diurungkan.
Pada awal 2022, Yayasan Kalla memilih Desa Sambueja sebagai salah satu lokasi Kampung Hijau Energi. Keinginan Habo mengelola biogas terwujud.
Desa Sambueja menjadi salah satu dari lima titik Kampung Hijau Energi. Empat lainnya ada di Takalar, Gowa, Bone, Wajo, dan Jeneponto. Masing-masing titik dibangun reaktor biogas.
Manager Bidang Kemanusiaan dan Lingkungan Yayasan Hadji Kalla, Sapril Akhmady membeberkan, tiap reaktor menelan biaya senilai Rp50 juta rupiah.
Secara konsep, lima titik itu kata Sapril adalah pusat edukasi. Pada intinya, Yayasan Hadji Kalla berharap masyarakat bisa mereplikasi.
Reaktor tidak sekadar dibangun, namun masyarakat diberi pelatihan untuk mengoperasikan. Tujuan akhirnya, bagaimana masyarakat bisa mengoperasikan secara mandiri, atau bahkan mereplikasi.