Pertunjukan Teater ‘Marege’s Heart To Berru’ pada Festival Budaya To Berru XII

  • Bagikan
IST

Tahap komplikasi yang merupakan penggawatan atau perumitan, dilukiskan ketika ketika Birramen (orang Marege) membunuh Kasim (nelayan Makassar). Pasalnya, tas “keramat” milik Birramen hilang dan ditemukan oleh Kasim di pantai dan telah membentuknya menjadi keranjang perangkap ikan.

Bagi Birramen, tas itu bukan tas biasa melainkan tas upacara inisiasinya yang penuh roh dan impiannya. Oleh karena itu, Birramen mengambil paksa tas itu dari tangan Kasim. Diperlakukan begitu, Kasim menganggap Birramen seorang perampas yang melanggar hukum Allah. Kasim menyerang Birramen dengan badiknya. Birramen pun mengeluarkan tombaknya sehingga terjadi pertarungan sengit. Kasim tertusuk, jatuh, dan meninggal. Para tetua Marege (Yolngu) dan orang-orang Bugis-Makassar sepakat Birramen diadili di Makassar.

Tahap penyelesaian, yang merupakan puncak laku, klimaks atau saat yang menentukan, ketika Ahmad dan Birramen berlayar dengan perahu Padewakang ke Bugis-Makassar, terjadi badai. Orang-orang Bugis-Makassar pun membacakan mantra laut untuk meredakan badai. Saat tiba di Makassar, Birramen dibebaskan karena telah banyak membantu orang Bugis-Makassar, baik saat di Marege maupun saat dalam pelayaran. Di Bugis-Makassar, Birramen berkenalan dengan Fatima dan mereka saling jatuh cinta. Akhirnya mereka dikawinkan secara islam dalam nuansa budaya Bugis-Makassar dan Marege. Selamat menyaksikan! (rls)

  • Bagikan