Suku Bajo: Melestarikan Tradisi, Menjaga Kesehatan, dan Menangkal Covid-19

  • Bagikan
Pemukiman Suku Bajo

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR – Dalam masa menghadapi endemi Covid-19, berbagai pihak terus berupaya mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya hidup sehat. Ini juga yang dilakukan oleh Yayasan INANTA.

Mereka mengusung program pemulihan Covid-19 di masa endemi ini. Itu dilakukan di berbagai sektor dan wilayah, termasuk menyentuh kelompok masyarakat Suku Bajo.

Di tengah lautan biru Sulawesi Tenggara, Suku Bajo hidup dengan tradisi maritim yang kaya dengan kearifan lokal yang unik. Artikel ini menelusuri kehidupan mereka, bagaimana menjaga tradisi dan kesehatan, serta peran mereka dalam menangkal Covid-19.

Asal-usul dan tradisi

Suku Bajo dikenal sebagai nomaden laut, bermigrasi dari Kepulauan Sulu, Filipina Selatan, sekitar abad ke-14. Mereka membangun rumah panggung di atas air, yang dikenal sebagai "rumah laut" atau "kolong," dan beradaptasi dengan kehidupan laut yang luar biasa.

Keahlian mereka dalam menyelam tanpa alat bantu pernapasan modern, menangkap ikan dengan berbagai teknik tradisional, dan membangun perahu, menjadi ciri khas Suku Bajo.

Tradisi mereka, seperti Upacara Salo-Salo, Tari Duata, dan musik tradisional, mencerminkan kehidupan dan kebanggaan mereka terhadap laut.

Kearifan Lokal dan PHBS

Suku Bajo memiliki kaitan erat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kebiasaan mandi dan mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, serta mengkonsumsi makanan laut yang kaya protein dan omega-3 menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Membangun rumah panggung di atas air dan aturan adat yang melarang membuang sampah ke laut, menunjukkan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan laut.

  • Bagikan