FAJAR.CO.ID, MAROS - Kelangkaan solar juga dikeluhkan sejumlah nelayan di Kabupaten Maros. Akibatanya mereka terancam tak melaut.
Salah satu nelayan di Kecamatan Bontoa, Muhammad Ali mengatakan jika saat ini solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) langganan mereka kosong.
Meski demikian saat ini ia masih bisa melaut, namun menggunakan bahan bakar yang harganya jauh lebih mahal.
"Kalau beli solar eceran itu harganya Rp8 ribu, biasanya beli sekitar Rp40 ribu. Kalau di SPBUN itu bisanya cuma Rp20 ribu," akunya.
Lebih lanjut kata dia, sekali melaut biasanya bisa menghabiskan sekitar 5 liter solar.
"Biasanya 3-5 liter sekali keluar, pemakaiannya cukup sedikit karena kan yang saya pakai juga perahu kecil," katanya.
Nelayan pencari kepiting itu mengaku saat ini penghasilannya makin menipis.
"Saat ini kepiting juga harganya murah, Rp25 ribu per kilo," sebutnya.
Setiap harinya ia menyebar 400 alat tangkap kepiting atau rakkang.
"Setiap hari itu biasanya dapat tiga sampai lima kilo," katanya.
Dia mengaku jika biasanya ia melaut di pulau Lae-lae hingga Kabupaten Barru.
Sama halnya nelayan lain, Lukman. Dia mengaku sudah hampir dua pekan kesulitan mendapatkan solar.
Padahal untuk menjalankan perahunya dia butuh bahan bakar solar.
Sementara itu salah satu pemilik SPBUN di Bontoa, Andi Syarifuddin mengatakan kelangkaan ini sudah terjadi selama sepekan.
"Stoknya memang agak kurang, memang bermasalah dari depo," katanya.
Untuk di SPBUN miliknya satu kali pengiriman bisa menampung 8.000 liter.