FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Perempuan tidak lagi identik dengan urusan dapur dan mengurus rumah tangga. Dalam beberapa tahun terakhir, perempuan sudah mulai tampil dan mengambil peran di segala sektor, baik memimpin perusahaan, lembaga sosial, maupun di pentas perpolitikan.
Di Indonesia, tidak sedikit jumlah perempuan terjun dan mengambil peran di legislatif dan eksekutif. Bahkan pemilu 2024, cukup besar keterwakilan perempuan di parlemen.
Di pilkada serentak Sulawesi Selatan yang berlangsung baru baru ini, tercatat ada empat perempuan yang terpilih menjadi Kepala Daerah (Wakil Gubernur dan Bupati) dan juga ada yang terpilih menjadi Wakil Bupati.
Bagaimana awal perjalanan perjuangan perempuan dan dinamika gender pada kiprahnya di sosial masyarakat.
Berikut tulisan, Andi Sri Wulandani Thamrin.
Membincang gender selalu menjadi topik yang menarik untuk dikaji, bukan karena
pembahasannya identik dengan perempuan, namun karena seringkali ada kontroversi
mengenai wacana ini.
Para pembaharu menginginkan emansipasi dan perubahan sedangkan para fundamentalis dan konservatif menginginkan status quo.
Selama dalam perjalanan perjuangannya, gender kerap didebat oleh para pemikir konservatif yang mempertanyakan soal ”fitrah” dan “konstruksi sosial”. Perdebatan soal apakah feminin dan maskulin adalah sesuatu yang given (fitrah) atau buatan sosial (konstruksi) dan pertanyaan apakah sifat feminin jauh lebih unggul dari maskulin atau sebaliknya adalah tematema yang menghiasi ruang-ruang diskusi bertema gender.