FAJAR.CO.ID – Intel mengalami pukulan besar setelah pemerintah Tiongkok secara mendadak melarang pembelian chip buatan perusahaan Amerika. Akibatnya, dalam waktu kurang dari dua hari, nilai pasar Intel anjlok hingga USD100 miliar atau sekitar Rp1.600 triliun!
Larangan Chip AS dari Beijing
Pada 12 April 2025, Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Tiongkok mengumumkan larangan bagi lembaga pemerintah dan BUMN untuk membeli chip dari perusahaan Amerika seperti Intel, AMD, dan Micron. Alasannya? Demi menjaga kedaulatan digital dan mengurangi risiko rantai pasokan.
Efeknya langsung terasa. Saham Intel turun drastis 18,3 persen hanya dalam waktu 48 jam setelah pengumuman. Padahal, pasar Tiongkok menyumbang sekitar 27 persen pendapatan Intel tahun lalu, alias USD22 miliar.
Kontrak Rontok dan Pasar Goyah
Beberapa kontrak penting dengan perusahaan raksasa seperti China Mobile dan State Grid dibatalkan. Hal ini makin mengkhawatirkan karena analis memprediksi bahwa ini bisa jadi awal dari penghentian total pasokan chip AS ke Tiongkok.
“Langkah ini tampak defensif, tapi sebenarnya sangat strategis dan ofensif,” ujar analis geopolitik Emily Jeng.
Intel Jadi yang Paling Terpukul
Meskipun perusahaan lain seperti Nvidia juga terdampak, mereka masih bisa mengandalkan pasar lain. Sayangnya, Intel lebih tergantung pada Tiongkok. Ketergantungan inilah yang bikin Intel jadi korban terbesar dari keputusan China.
Dampak kejatuhan Intel bahkan menyeret ETF teknologi seperti Sox dan SMH serta menjatuhkan indeks semikonduktor PHLX hingga 4,2 persen dalam sehari.