FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Gencarnya proyek infrastruktur turut mendongkrak kinerja bisnis penyewaan alat berat. Termasuk unit bisnis PT KIMA (persero).
Pada akhir 2019, manajemen PT KIMA baru serius menggarap bisnis penyewaan alat berat. Strateginya, banyak menempel ke perusahaan pelat merah yang membidangi sektor infrastruktur.
Tol layang AP Petarani menjadi proyek besar pertama yang digarap. Pada proyek senilai Rp2,2 triliun ini, berkontribusi besar terhadap pendapatan PT Kima di sektor penyewaan alat berat.
"Tahun lalu, 80 persen pendapatan unit alat berat KIMA dari tol layang Petarani," ujar Kepala Divisi Jasa-jasa PT KIMA (persero), Imran Yamin.
Imran optimis, pendapatan pada 2021 lebih besar lagi. Imran tak ingin kehilangan momentum lagi. Menurutnya,
pada proyek tol layang, pihaknya baru masuk ketika pengerjaan sudah 70 persen. "Setelah ini sukses, kami akan terus menempel ke BUMN karya, kita tidak bisa besar kalau menggarap proyek kecil saja," ujarnya optimis.
Pria yang hobi olah raga bulu tangkis itu menuturkan, gencarnya pembangunan akan mendorong para perusahaan infrastruktur cenderung menyewa peralatan.
"Beli alat itu mahal, makanya jasa penyewaan makin laris," sebutnya.
Tahun ini, Imran mengincar proyek menara kembar dan Stadion Mattoanging. Kedua proyek ini digarap perusahaan konstruksi milik negara. Kata Imran, KIMA merupakan bagian dari Pemprov Sulsel. "Jika pendapatan KIMA meningkat, tentu pemprov juga akan menikmati hasilnya melalui dividen," tambahnya.
Pihaknya juga sudah menjalin komunikasi dengan Hutama Karya dan PT Pembangunan Perumahan (PP). Imran berharap, kedua perusahaan ini melibatkan KIMA dalam pengadaan alat berat dalam setiap proyeknya.
"Peralatan kami lengkap, mulai dari kapasitas 15 hingga
90 ton," urainya.