Pa' tedong, ukiran yang menyerupai muka kerbau. Tedong berarti kerbau, fungsi ukiran ini adalah adalah memberi harapan untuk memperoleh ternak kerbau sebagai binatang yang menjadi lambang kekayaan dan kemuliaan di Tana Toraja.
Pa' tedong tumuru, ukiran yang menyerupai kerbau sedang dalam air. Ukiran ini mempunyai fungsi pengharapan akan memperoleh kerbau yang banyak.
Pa' bomba uai, ukiran yang menyerupai bintang air yang sangat cepat berenangnya. Ukiran ini mengingatkan manusia agar selalu cepat menyelesaikan pekerjaannya supaya mendapat hasil.
Pa' katik, ukiran yang menyerupai paruh burung enggang. Ukiran ini mempunyai fungsi sebagi lambang kebesaran bangsawan.
Pa'bulu londong, ukiran menyerupai gombak ayam jantang. Ukiran ini mengibaratkan lelaki harus berani, seperti peribahasa dalam Toraja menyatakan: LONDONGNA MUANE.
Pa'bunga keliki, ukiran yang menyerupai bunga pepaya. Ukiran ini mengisyaratkan bahwa setiap nasehat adalah untuk perbaikan.
Pa' daun bole, ukiran menyerupai daun siri. Daun siri pada waktu yang lalu selalu digunakan untuk persembahan pada dewa-dewa, sehingga ukiran ini mengingatkan kepada manusia bahwa selalu ada yang memberkati setiap hidup.
Pa' kangkung, ukiran yang menyerupai pucuk kangkung. Kangkung adalah tanaman yang tumbuh di tempat berair dan subur, sehingga ukiran ini mengingatkan kepada setiap keluarga untuk selalu hidup sehat karena merupakan jalan rejeki.
Pa' sekong sanbua di bungai, ukiran yang menyerupai sudut empat yang berputar ke dalam serta memakai hiasan pada bagian luarnya. Maksudnya untuk mengingatkan kepada orang seorang untuk tidak menyembunyikan maksudnya yang sebenarnya pada orang lain. Peribahasa Toraja menyatakan "PUSAKNA' UMPENAANNI TAHIK TAE' RANDANA DEN RANDANA SULA TAMA TANGANA", artinya "Maksud dari seseorang tidak dinyatakan secara terus terang".
Pa'doti siluang, ukiran ibaratnya kerbau belang. Ukiran serupa ini umumnya digunakan pada rumah-rumah Tongkonan, dan juga pada bungkusan mayat wanita-wanita bangsawan. Ukiran ini terbuat dari emas, dan menurut adat istiadat yang berlaku hanya mayat wanita yang boleh dibungkus dengan ukiran seperti ini. Karena keyakinan waktu dulu bahwa setiap kesulitan atau kesusahan selalu berawal dari wanita.
Pa'repo sangbua, ukiran tunggal. Mengisyaratkan kepada orang untuk selalu melakukan kerjasama dengan orang lain agar supaya pekerjaan dapat diselesaikan secepatnya.
Pa' sekong sala, ukiran yang menyerupai palang berkait. Mengibaratkan orang yang selalu mencampuri urusan orang lain akan mengakibatkan bahaya bagi sesamanya.
Pa'barre allo, ukiran matahari. Selain sebagai tanda kebesaran orang bangsawan, matahari juga menjadi perlambang waktu, seperti: dallek allo atau berre' allo menunjukkan matahari terbit sekitar pukul 06.00 ma' tangga kendek allo menunjukkan matahari sedang naik sekitar pukul 09.00 ma' tanggo allo menunjukkan tengah hari, pukul 12.00 lebang talli allo menunjukkan rembang matahari sekitar pukul 13.00 ma'tangga solo' allo menunjukkan matahari sedang turun sekitar pukul 15.00 sikarimun bongi menunjukkan matahari turun sekitar pukul 18.00
Pa' manuk, ukiran ayam. Mengingatkan akan kejantangan, keberanian dan juga ayam sebagai mahluk persembahan.