"Saya berbeda dengan mereka, saya khusus berangkat ke Pare setelah saya meraih gelar sarjana dan belajar lebih delapan bulan di empat kelas: dynamic, translation, speaking (di Pratama Course, Mr. Matsudi), dan structure (di Basic English Course, Mr. Kalend O)," sambungnya.
Saat itu ia berangkat berdua dengan temannya, Mardin asal Sidrap yang kini bekerja di Perusahaan Freeport, Papua.
Kemudian pada tahun 1995-1996, Saleh mengikuti dua kali testing program khusus Kementerian Agama, Direktorat Pendidikan Islam, pembibitan calon dosen ke McGill Canada dan Chicago University tapi tidak pernah lulus.
"Saya selalu gugur di testing bahasa Arab. Syaratnya agak ketat, peserta harus memiliki kemampuan bahasa Arab dan Inggris yang bagus. Saya bukan alumni pesantren," ujarnya.
Tahun 1996 hingga 1998, Saleh memiliki beberapa kegiatan yang menopang impiannya ke Amerika yakni ia mengajarkan dasar-dasar bahasa Inggris selama tiga tahun di tempat kursusnya, MECCA di Jalan Mamoa, kawasan Alauddin, Makassar, sambil belajar menerjemahkan, menulis, dan listening.
"Saya aktif mendengar berita-berita di Radio Voice of America edisi bahasa Indonesia, dan hampir tiap Jumat pagi, saya mendengar kuliah Dr. Alwi Shihab, 'Inilah Islam di Amerika', dan program pelajaran bahasa Inggrisnya," imbuhnya.
Dia mengungkap, dirinya beberapa kali berhasil meyakinkan dan menolong beberapa turis, misalnya, asal Amerika (Christ David asal Texas) dan dua suster dari Belanda serta beberapa lainnya dari Amerika dan Swiss.
Ia juga menjadi guide mereka, dan lima di antara mereka, Sale salah satunya yang dibawa ke rumah, gratis.