Selama pandemi, dampak kesenjangan digital terlihat di kedua tingkat makro, seperti sistem sekolah yang berjuang untuk memastikan semua siswa memiliki akses digital yang adil dan kesempatan untuk sekolah virtual dan di tingkat mikro dimana cucu mengajari kakek-nenek mereka cara menggunakan Zoom untuk tetap terhubung selama pandemi.
Kesenjangan digital bukanlah masalah baru tetapi merupakan salah satu yang diperburuk akibat pandemi. Oleh karena itu, urgensi mengejar inklusivitas digital dan kesetaraan digital (digital equality) semakin tinggi. Bahkan kesenjangan digital berpengaruh terhadap kesehatan mental secara signifikan, karena yang tidak dapat mengakses internet merasa tidak terpenuhi haknya dan kesepian.
Dengan demikian, penting untuk meningkatkan literasi digital untuk mengurangi kesenjangan digital. Sangat penting untuk meningkatkan literasi digital dan akses digital lansia, penyandang disabilitas, perempuan dan kelompok rentan lainnya.
Saat ini kita sedang memasuki era Industri 4.0, dimana digitalisasi merupakan bagian penting dalam kegiatan ekonomi. Digitalisasi bukan hanya sekedar koneksivitas, tapi juga menyangkut big data dan artificial intelligence dan IoT dimana efisiensi dan efektifitas merupakan fokus dari saling keterhubungan dalam proses produksi barang dan jasa.
Hal ini bukan hanya mempengaruhi proses produksi dan kegiatan ekonomi saja, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial masyarakat. Seperti yang kita ketahui pandemi telah mengisolasi manusia sekaligus meningkatkan keterhubungan melalui jaringan internet, Work From Home, School From Home, On-line Shopping sampai pada layanan kesehatan atau telemedicine, perlahan tapi pasti digitalisasi dan IoT sudah mulai merambah kehidupan kita termasuk seminar online seperti yang saat ini sedang kita lakukan.