Sementara itu beberapa program yang semestinya sudah berjalan alias menjadi besutan direksi sebelumnya juga bernasib sama, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Mamminasata misalnya, kondisinya hampir tak berbeda jauh dengan proyek Twin Tower.
Direksi beralasan hal ini menjadi tanggung jawab pusat dalam hal ini PUPR Sulsel untuk merampungkan hal ini.
"Kami hanya ditunjuk kalau sudah jadi (pelimpahan)," lanjut Yasir.
SPAM Mamminasata sendiri digadang akan menjadi investasi air layaknya PDAM, proyek ini disebut akan menyelesaikan persoalan air bersih di empat wilayah Mamminasata.
Sedangkan untuk tambang eks-Vale, juga belum menuai kejelasan, sebab skema tersebut nantinya akan melewati lelang dari Pusat. Dimana melibatkan BUMN dan BUMD.
"Lahannya sudah diserahkan ke pemerintah, terus nanti, pemerintah yang akan melelang khusus atau diprioritaskan ke BUMD atau BUMN, ada potensi diambil alih.
Program operator kereta api juga demikian, masih menunggu kereta di Sulsel dirampungkan, dimana saat ini progresnya tengah dalam pembenahan rel.
"Intinya kami bermitra dengan PT KAI, BUMN," lanjutnya.
Pengelolaan pabrik jagung di puncak Maros yang juga menjadi salah satu program yang akan didorong tahun ini yang digadang-gadang menjadi suplayer bibit dan pengelolaan pakan di Sulsel, lagi-lagi kondisinya menggantung, lantaran menunggu pemprov untuk menyelesaikan pembayaran ke Kontraktor.
"Sementara untuk hibah kayu masih berproses semua, menunggu izin kementerian terakhir kami bersurat dan pak Gub juga sudah bersurat, kemudian tinggal tunggu hasilnya. Awal bulan dilayangkan," kata dia.