Geopark Maros-Pangkep Sulsel Menuju UNESCO Global Geopark

  • Bagikan
Sekretaris Disbudpar Sulsel, Devo Khadafi, Kadis Disbudpar Sulsel, Prof Jufri, dan General Manager Badan Pengelola Geopark Maros Pangkep, Dedy Irfan (Foto: Ikbal/fajar)

"Batuan yang berusia ratusan tahun itu jadi salah satu poin dari sisi geodiversity. Di sisi laut kita punya carbonate platform yang disebut kawasan spermonde," jelasnya.

Sementara dari sisi culturaldiversity, terdapat lukisan cadas tertua di dunia yang berumur sekitar 45 ribu tahun dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian di dalam kawasan.

"Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan masa lampau itu kiblatnya ada di kawasan Maros Pangkep. Bukan di Eropa. Lukisan cadas di Eropa usianya jauh lebih mudah dari yang kita punya," beber Dedy.

Dari sisi biodiversity, kawasan geopark dikelilingi dengan flora dan fauna endemik. Sebut saja burung rangkong dan kupu-kupu.

Kedua hewan ini pun diambil sebagai ikon atau maskot Geopark Maros Pangkep yang diberi nama Roro dam Pupu. Roro mewakili hewan endemik burung rangkong, dan pupu mewakili hewan endemik kupu-kupu.

Di samping itu semua, kehadiran dua pabrik semen besar, yakni Semen Bosowa di Maros dan Semen Tonasa di Pangkep menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi. Pasalnya, pabrik semen rentan mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Namun, Pemprov Sulsel memastikan bahwa kedua perusahaan sudah menyatakan komitmen bersama bahwa mereka tidak akan merusak, mengganggu, ataupun melakukan ekspansi ke wilayah yang menjadi kawasan geopark.

Bahkan, pihak perusahaan juga disebut sudah melakukan upaya konservasi terhadap lingkungan di taman Kehati dan Geosite Bulu Sipong.

"Jika Geopark Maros Pangkep berhasil tercatat sebagai warisan dunia UNESCO, maka kita semua punya tanggung jawab bersama untuk menjaga dan melestarikannya," tandas Dedy. (ikbal/fajar)

  • Bagikan