“Untuk smart branding, Luwu Utara ini memang perlu di-branding ulang, terutama pasca-banjir bandang, seperti infrastrukturnya serta fasilitas sarana umumnya, karena 33% wajah kota Masamba itu, terdampak banjir bandang,” terangnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, Pemda Luwu Utara bersama Tim Pelaksana Kotas Cerdas, akan terus
mem-branding Luwu Utara melalui berbagai upaya dan pendekatan untuk mewujudkan Luwu Utara sebagai salah satu kota cerdas di Indonesia.
“Kami mencoba menggali sisi lain dengan berusaha melakukan pendekatan pariwisata, dengan menata ulang daerah aliran sungai, sehingga dengan begitu kita berharap bisa menjadi potensi pariwisata baru di Kabupaten Luwu Utara,” imbuhnya.
Bagaimana strategi jangka panjangnya? Indah kemudian mencoba mendorong pelibatan semua pemangku kepentingan dan seluruh elemen masyarakat agar lima dimensi smart city lainnya bisa menjadi penentu terciptanya smart city yang lebih paripurna.
“Untuk jangka panjangnya, tentu kita berharap kepada dimensi yang lain, seperti dimensi smart society, smart living, smart government, smart environment, dan smart economy, karena itu terkait dengan pelibatan seluruh pemangku kepentingan atau stakeholder terkait lainnya di dalam implementasi BISA Smart City ini,” jelas dia.
Hanya saja, kata dia, semua strategi, baik jangka pendek maupun jangka panjang, tidak akan berjalan optimal jika semua pihak yang terlibat tidak saling bersinergi satu sama lain. Kata dia, perlu ada edukasi dan literasi kepada masyarakat agar mereka tahu bahwa suksesnya sebuah pemerintahan tidak terlepas dari peran serta dari masyarakat itu sendiri.