FAJAR.CO.ID, PINRANG -- Bank Mini Sekolah (BMS) di SMKN 1 Pinrang didera masalah. Nyaris pailit. Duit Rp2 miliar milik nasabah menguap. Pinjaman kepada nasabah tak tertagih.
Untuk diketahui, di SMKN 1 Pinrang, eksis salah satu unit bisnis sekolah yang menyerupai bank cara kerjanya. Diberi label Bank Mini Sekolah (BMS). Penelusuran FAJAR, mulai eksis sejak tahun 2000-an.
Awal dibentuk, BMS diperuntukkan untuk internal sekolah saja. Mengiurkan, yang menabung memeroleh bunga 1 persen per bulan. Jika meminjam dibebankan bunga 2 persen. Lalu makin populer dan nasabahnya makin banyak. Tidak lagi dalam lingkup sekolah saja. Pengelola mencatat 200-an nasabah. Dana terhimpun Rp2 miliar, sesuai catatan keuangan.
Teranyar bunga direvisi lagi. Meminjam kena bunga 1,5 persen. Menabung bisa dapat 0,75 persen. Namun, makin lama, performa BMS justru seret. Sirkulasi keuangan yang harapkan tidak terjadi. Justru macet. Persoalan muncul, ketika nasabah ingin menarik uang saat pandemi. Dana tunai tak ada. Kas kosong.
"Iya itu usaha sekolah. Ya begitulah usaha. Banyak yang pinjam. Ditagih alasannya tidak ada uang. Sekarang ada sekitar dua ratusan nasabah. Ditotal sekitar Rp2 miliar uang semua nasabah. Kalau dihitung dengan bunganya," terang Kepala Unit Produksi SMKN 1 Pinrang, Abd Rahman, Kamis, 4 Maret.
Rahman mengaku, belum ada solusi bagi nasabah yang ingin menarik dananya dari BMS. Ia berharap, mereka untuk bersabar dahulu. Itu dengan menunggu, sekolah kembali normal.
"Kalau normal sekolah, kami mungkin bisa tutup sedikit-sedikit dari unit bisnis lainnya. Seandainya saya punya aset atau apa yang bisa pakai untuk tutup itu (bayar), tetapi saya juga tidak apa-apa ini," terangnya.