Berikutnya, Yusuf Darmawan menyampaikan materi berjudul “Anak dan Cyberbullying”. Ia mengatakan, korban perundungan siber akan berdampak pada kondisi mental serta motivasi belajar anak. Oleh sebab itu, perlu peran semua pihak baik sekolah maupun keluarga untuk dapat mengobati mental sianak. "Orang tua harus menghindari diri dari sikap menyudutkan anak, kemudian memberikan kekuatan moralnya serta mengembalikan dirinya merasa aman," ujarnya.
Sebagai pemateri ketiga, Badruzzaman membawakan tema tentang “Literasi Digital bagi Guru dan Siswa”. Menurut dia, belajar daring akan menjadi efektif apabila kesadaran orang tua maupun guru bisa tergugah akan pentingnya literasi. Misalnya, guru mampu menjadikan digital sebagai lifestyle atau gaya hidup dan kreatif memproduksi konten kreatif. Sedangkan orang tua juga berupaya untuk memfasilitasi kebutuhan belajar anak.
Adapun Mattewakkan Monga, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema mengenai “Menjaga Keamanan Digital Anak di Dunia Digital”. Ia mengatakan, orang dewasa perlu melakukan pembatasan agar anak-anak tetap aman berselancar di internet. Di antaranya, menghindari penyebaran data pribadi, tidak mengunjungi laman yang tidak jelas, serta kurangi postingan atau kiriman di media sosial. "Beri pemahaman tentang manfaat tergantung dengan kadar usianya, jelaskan juga bahayanya, serta buat penggunaan internet menjadi fun," tuturnya.
Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. “Adakah pengaruh hubungan harmonis orang tua di rumah terkait dengan perilaku cyberbullying anak,” tanya Maria yang merupakan salah satu peserta dari kegiatan Literasi Digital di Jeneponto.