Tantangan Peneliti Manuskrip Tarekat, dari Kesurupan hingga Potong Kurban

  • Bagikan

Sudah banyak peneliti yang gagal mendapatkan manuskrip karena ditolak mentah-mentah oleh pihak ahli waris. Padahal, pihak peneliti punya tujuan mulia. Yakni mengabadikan khazanah keilmuan karya para intelektual masa lampau agar masih bisa dimanfaatkan oleh generasi-generasi setelahnya.

Beruntung, Prof Kadir selalu memiliki strategi untuk mendapatkan manuskrip yang diincarnya. "Pendekatan secara emosional itu sangat diperlukan. Itu yang bisa memengaruhi ahli waris untuk meminjamkan manuskrip keluarganya kepada kami," urainya.

Untuk mendapatkan kepercayaan keluarga pemilik manuskrip, tentu saja dibutuhkan pengetahuan tentang isi manuskrip tersebut. Kebanyakan, manuskrip tua berisikan ajaran-ajaran tarekat tertentu. Peneliti pun dituntut memiliki pengetahuan tentang mistisisme atau tasawuf sehingga bisa memberikan pemahaman kepada ahli waris manuskrip.

"Kalau kita bisa menjelaskan pengetahuan tentang tarekat yang dijelaskan manuskrip itu, di situ bisa ketemu. Pihak keluarga biasanya antusias. Di situlah kita bisa mendapatkan kepercayaan mereka," kata ayah empat anak itu.

Mendapatkan izin dari pihak ahli waris pun belum berarti tantangan telah selesai. Prof Kadir mengakui banyaknya kejadian mistis saat hendak meneliti manuskrip-manuskrip karya ulama-ulama zaman dahulu.

Salah satu kejadian mistis saat dia hendak meneliti sebuah manuskrip yang diduga ditulis Datuk ri Bandang. Salah seorang anggota keluarga pewaris manuskrip itu lantas kesurupan, mengaku sebagai pengawal Datuk ri Bandang. "Dia bilangi saya, saya harus minta izin dulu kepada Datuk sebelum membuka karyanya. Kami sempat saling menatap hampir setengah jam. Tapi akhirnya yang kesurupan itu tertunduk dan bilang kami sudah diizinkan meneliti manuskrip tersebut. Tegang juga," urainya sambil tertawa kecil.

  • Bagikan