“Tantangan ke depan tidak hanya dalam hal produksi tapi juga kompleksitas pemasaran, memenuhi permintaan pasar global serta pelibatan petani ke dalam rantai nilai berkelanjutan dan kemitraan bisnis. Untuk dapat mewujudkan kakao lestari tentu dibutuhkan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan. Tidak hanya pada pemerintah, tapi juga tingkat petani, industri, universitas, maupun lembaga swadaya masyarakat,” terang bupati yang karib disapa IDP ini.
Untuk itu, terkait hadirnya Pos Penyuluhan Desa, lanjut Indah, dapat betul-betul dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya yang terlibat dalam industri pertanian.
“Ukuran keberhasilan program READSI tidak terbatas pada pembangunan fisik, tapi harus terukur dan jelas dampaknya terhadap peningkatan kesejahteraan anggota kelompok tani yang didampingi. Untuk itu manfaatkan dengan baik pos penyuluhan desa ini untuk bersinergi dan berkolaborasi, sebab sebagian besar warga Bakka bergerak di sektor pertanian termasuk sektor perkebunan kakao,” pinta bupati perempuan pertama di Sulsel ini yang hadir bersama Kepala Bappelitbangda Alauddin Sukri dan Plt. Kadis PUTRKP2 Rusydi Rasyid.
Dari laporan Kepala Desa Bakka, Jidil, pembangunan pos penyuluhan desa tersebut dikerjakan secara swakelola oleh 7 kelompok tani.
“Swakelola 7 kelompok tani menggunakan APBD melalui program READSI. Pos ini menjadi sarana prasarana tempat kelompok tani dan masyarakat bermusyawarah terkait program pertanian. Karena kelompok tani berperan aktif, pos ini selesai dalam kurun waktu tidak sampai dua bulan. Semoga bermanfaat, seperti harapan ibu bupati,” jelas Jidil.(*)