Alim yang juga merupakan anggota SNB menambahkan apa yang sebelumnya disampaikan oleh Hasna.
“Kita ini tidak ada rumah atau tanah ta lagi selain disana, mau dibawa kemana kami ini kasian. Seandainya mampu ka sedikit, mungkin saya sudah ke Kalimantan atau Malaysia untuk cari kerja. Coba bapak jalan kesana pada tengah malam, banyak warga ta disana pak berenang pungut-pungut rumput laut yang disapu ombak kasian.
Berenang ki karena tidak ada perahu. Monro ki kuro Tania asogireng isappa kasi, tapi anre esso-esso’e (Kami tinggal disana bukan untuk kaya, tapi sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari),” ucap Alim dengan nada yang terseduh dengan sedikit menggunakan bahasa daerah.
Ketua AGRA Bulukumba, Rudi Tahas atau yang kerap disapa Injet yang sejak awal terlibat aktif bersama warga menentang upaya pengusuran tersebut juga angkat Bicara.
“Mereka yang hadir disini tinggalnya di bola-bola (pondok) yang sebenarnya tidak layak untuk mereka tempati sebagai tempat tinggal. Tapi karena persoalan hidup dan mereka melihat peluang itu disana sehingga mereka kesana dan bertahan hidup hingga saat ini. Meskipun pendapatnya pas-pasan, tapi bagi mereka itu sudah cukuplah untuk bertahan hidup,” jelas Injet.
Dia kemudian memaparkan data yang mereka dapatkan langsung di lapangan.
“Data yang kami peroleh, terdapat puluhan KK yang tidak memiliki tempat tinggal lain. Mereka yang sebelumnya disebutkan berasal dari Kasimpureng dan memiliki rumah disana ternyata tidak demikian. Di Kasimpurang ataupun tempat lain, yang ada adalah rumah keluarga, orang tua dan saudara.