Spiral Kekerasan dan Disrupsi Pendidikan

  • Bagikan
Ilustrasi. (int)

Tentu kedua peristiwa pemukulan terhadap guru yang terjadi di Sulsel tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Tapi apakah memberikan kecaman, dan memidanakan pelaku pemukulan membuat persoalan tersebut selesai?

Disrupsi Pendidikan

Saya melihat peristiwa ini tidak bisa lagi dilihat secara kasuistik. Ada letupan ‘api dalam sekam’ yang selama ini menunggu dentuman yang lebih besar. Ya, dunia pendidikan, lebih khusus dunia sekolah mengalami disrupsi.

Para moralis kerap menyebut masa ini zaman edan, sementara para pakar menyebutnya dengan istilah VUCA. VUCA merupakan singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity. Jika diterjemahkan, VUCA adalah anomali, ketidakpastian, kerumitan, dan juga ketidakjelasan.

Yuval Noah Harari dalam buku “21 Lessons for 21st century” mengungkapkan bahwa umat manusia menghadapi revolusi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Semua narasi lama telah runtuh, dan belum ada narasi yang menggantikannya

“Bagaimana kita dapat mempersiapkan diri kita dan anak-anak kita untuk dunia dengan transformasi dan ketidakpastian radikal?” gugat Harari secara retoris. Apakah pendidikan dengan model persekolahan masih relevan untuk mendidik generasi Z dan generasi Alpha?

Era Revolusi Industri 4.0 diprediksi berpotensi menghilangkan sekitar 1-1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025. Bahkan ada pakar yang memprediksi, bahwa pada masa yang akan datang 6,5 persen murid sekolah dasar saat ini, akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada hari ini.

Era digital ini membuat peran sekolah dan guru mulai dipertanyakan. Lalu pandemi datang memberikan jawaban. Secara sarkastis, Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS, menyebut pandemi telah merubah sekolah menjadi museum, dan para guru menjadi dinosaurus.

  • Bagikan