“Arah dari program ini adalah strategi pemberdayaan terhadap komunitas petani kakao dari kalangan perempuan dan pemuda. Kenapa harus mereka, karena kita tahu bahwa dalam komunitas petani kakao, tidak hanya petani kakao sendiri, tetapi ada keluarga, termasuk kaum perempuan dan anak-anak muda,” jelas Titik.
Kaum perempuan ini, kata dia, akan diberi kesempatan ikut di dalam kelembagaan kelompok petani, dan juga dapat ikut bermusyawarah dalam menentukan keputusan kelompok
Sementara kaum pemuda, ada tiga hal yang harus dimiliki untuk menjadi petani potensial, yaitu pertama kompetensi dan confidence, di mana mereka harus diberikan motivasi agar bangga menjadi petani kakao.
Kedua integritas, di mana mereka harus diberi pemahaman bahwa mereka adalah bagian dari komunitas petani kakao. Ketiga aksesibilitas, di mana mereka akan diberi kemudahan mengakses berbagai platform digitalisasi.
“Yang ditawarkan kepada kami sebagai mitra adalah bagaimana merekrut petani potensial melalui sebuah aplikasi seluler, yaitu e-Cocoa Aplication. Di mana mitra kami lainnya, yaitu IFC dan OFI, sudah memiliki aplikasinya,” kata Titik.
Dosen Dept Sains Komunikasi Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB University ini mengatakan bahwa aplikasi tersebut dapat digunakan petani untuk mengakses berbagai pelatihan via handphone.
“Kami punya staf lokal dan fasilitator desa yang semuanya adalah anak-anak muda lokal, yang punya komitmen mendampingi petani. Jadi, mereka ini yang akan membantu petani supaya mereka dapat mengakses aplikasi tersebut dengan baik,” terangnya.
Titik menyebutkan, ada dua pelatihan yang bisa diakses, yaitu Pelatihan Pemangkasan dan Pemupukan. “Dua kegiatan ini semuanya untuk produkvitas kakao, yaitu pangkas yang baik dan pupuk yang tepat,” imbuhnya.