“Untuk pemasaran biasanya kami melalui pameran, tetapi atas saran dari Bank Indonesia, kami diminta untuk melakukan penjualan di Marketplace, seperti Lazada, Shopee dan Buka Lapak. Dan Alhamdulillah, kita juga sudah mendapat pemantauan setiap akun yang kami punya dari Bank Indonesia,” ungkap dia.
Kendati demikian, ada beberapa kendala yang ia hadapi. Salah satunya, terkait peralatan, yang menurut dia masih sangat kurang. “Peralatan ini kan sangat penting. Cuma satu ji peralatanku. Cuma mesin amplas saja. Itu pun sudah saya pakai sebagai kikir juga,” ungkap dia.
“Andai saja peralatanku lengkap, waktu pengerjaan yang biasanya satu minggu, bisa menjadi tiga hari saja,” ucapnya menambahkan.
Ia mengungkapkan, tahun ini Hazna Craft telah mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB) dari Pemerintah Republik Indonesia yang ditandatangani Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. “NIB ini berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia dengan skala usaha yaitu usaha mikro,” jelasnya.
Tentu dengan dimilikinya NIB itu, ia semakin mudah mengembangkan usahanya. Terkait biaya penjualan produknya itu bervariasi, tergantung motif gambarnya. “Biasanya orang hanya kirim gambar. Kebanyakan kaligrafi, harganya tergantung motif gambar yang diinginkan. Kalau media yang digunakan ukurannya besar tentu harganya juga semakin besar. Jadi di kisaran Rp 250 ribu sampai Rp 1,5 juta,” urai dia.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Luwu Utara, Rahma Nursaid, mengaku bangga dan ikut memberikan apresiasi kepada Hazna Craft yang mampu menghasilkan produk usaha kerajinan yang tidak kalah indahnya dengan usaha kerajinan di daerah lain.