Kuliah Isran

  • Bagikan

Para peserta kuliah umum pagi itu ditarik oleh Isran untuk berinteraksi dengan dirinya, seakan-akan dia tidak berjarak. Dia berbicara tentang hubungan sejarah dan perdagangan antara orang Kutai dan Bugis, wawasan kebangsaan, nasionalisme, dan nilai-nilai lokal seperti “siri” yang bisa mengangkat martabat dan kehormatan Indonesia sebagai bangsa berdaulat. Dia juga berbicara tentang dirinya, pengalamannya “mengawal” IKN Nusantara yang penuh liku.

Bahkan dalam beberapa bagian, Isran berusaha pula mengucapkan bahasa dan dialek khas Sulawesi Selatan seperti dalam bahasa Bugis "padamo” (sama saja) “iga asennu” (siapa namamu?) atau semua pada akhirnya bermuara pada "dui” untuk menggambarkan “dana” atau “cuan” sebagaimana dipahami di Indonesia.

Dengan gayanya yang lugas dan santai, Isran menyapa semua undangan yang hadir. Tak lupa, Isran yang mengenakan kemeja batik memperkenalkan satu per satu rombongan yang menyertainya dari Kaltim. Ada Wagub Hadi Mulyadi (yang kebetulan alumni Unhas), ada Kepala dinas, mantan Walikota Bontang dr.Sofyan Hasdam, Prof.Jafar Haruna, Zainal Bintang (direksi perusda Kaltim), dan beberapa tokoh dan akademisi lainnya.


“ALASAN perpindahan ibukota negara bukan sekedar perpindahan fisik atau lokasi saja, tapi soal peradaban baru Indonesia. Dimana didalamnya ada tranformasi ekonomi yang juga mencakup aspek pemerataan pembangunan. Yang lainnya, bisa kalian baca sendiri. Sudah banyak dipublikasi. Kalau saya banyak bicara di forum ini, nanti dikiranya mengajari buaya berenang hehe…” kata Isran yang disambut riuh hadirin dan peserta.

  • Bagikan