FAJAR.CO.ID, WATAMPONE -- Salah satu bentuk politik pemerintahan di Sulsel dilakukan dengan pemersatuan. Langkahnya melalui pernikahan.
Tiga kerajaan besar berdamai atas langkah itu, yaitu Bone, Gowa, dan Luwu. Penyatuan itu disebut Tellu Boccoe.
Perdamaian tersebut berangkat dari pesan dari Raja Bone ke 15, La Tenritatta Arung Palakka dikenal. Kini dikenal sebagai juru damai atau pelopor HAM di Sulsel.
Arung Palakka berambisi untuk membangun penyatuan antarkerajaan. Keinginan itu semakin bertambah ketika mengetahui bahwa kehadiran Belanda di Sulsel terlalu banyak mengcampuri urusan pemerintahan.
Dewan Adat Bone, Andi Baso Bone Mappasissi mengatakan, hal itu terjadi setelah Arung Palakka menyerahkan tahta kerajaan kepada kemenakannya, La Patau Matanna Tikka. "Karena tidak memiliki anak," ujarnya, saat ditemui di Museum Lapawawoi Sabtu, 20 Juni.
Pesan Arung Palakka kata dia, harus menyatukan tiga kerajaan besar yakni, Bone, Gowa, dan Luwu."Cara menyatukan kerajaan itu menikahkan Lapatau dengan Putri Raja Gowa, I Mariama Karaeng Pattukangang anak dari Sultan Abdul Jalil atau cucu dari Sultan Hasanuddin dan dinikahkan juga dengan putri Raja Luwu, We Ummung Opu Larompong putri," katanya
Pria yang akrab disapa, Puang One menyampaikan, pola itu dikatakan menjadi hal yang sangat mustahil karena dua wilayah itu musuh besar Kerajaan Bone. Namun, itu berjalan dengan baik.
"Hal itu dilakukan dengan dasar prediksi Arung Palakka bahwa bersatu dengan tiga kerajaan itu turunanmu nanti akan menggantikanmu menjadi Raja Bone, Raja Gowa, dan Raja Luwu," ucapnya.