Adapun perahu patorani dan perahu lepa-lepa yang memakai palewai pimbali (sebelah-menyebelah) digunakan oleh para nelayan untuk mencari ikan di laut dalam yang jauh dari pantai.
Sedangkan perahu patorani adalah perahu yang digunakan untuk menangkap ikan terbang (ikan tarawani/tuing-tuing) yang biasanya dilengkapi dengan alat yang disebut "pakkaja".
Untuk menangkap ikan terbang (ikan tarawani/tuing-tuing) sudah jarang dijumpai dipasaran bebas, sebab para nelayan langsung menjualnya kepada pengusaha-pengusaha yang akan mengeksportnya keluar negeri.
Selain penangkapan ikan dengan cara seperti tersebut di atas, juga para nelayan di Sulawesi Selatan menangkap ikan dengan menggunakan peralatan yang disebut "bagang". Bagang terdiri dari 4 atas macam, yairu:
- Bagang tancap
- Bagang satu perahu
- Bagang dua peahu, dan
- Bagang rakit
Bagang tancap tidak dapat dipindah-pindahkan, sedangkan bagang perahu dan bagang rakit dapat dipindah-pindahkan ketempat-tempat yang diperkirakan banyak ikan.
Nelayan bagang adakalanya tinggal di laut sampai beberapa hari lamanya baru mereka kembali ke darat. Karena sudah merasakan kehiduopannya bersatu dengan laut. Itulah sebabnya sehingga mereka lebih senang tinggal di laut sampai beberapa hari lamanya daripada tinggal di darat.
Nelayan Bugis Masyarakat juga melakukan ritual adat sebelum melaut atau mencari ikan. Sebelum melaut terlebih dahulu melaksanakan upacara Maccera tasik/ Maccera tappareng (untuk danau dan sungai), upacara dipimpin oleh Ponggawa Pokkaja atau penghulu nelayan dan pada upacara ini pula pemotongan hewan, seperti: kambing, sapi, atau kerbau kemudian disajikan bersama dengan Sokko patan rupa ( ketan 4 rupa) putih, hitam, merah dan kuning. Tradisi ini bertujuan untuk memohon doa restu yang mahakuasa agar selama masa penangkapan akan diberi rezeki dan keselamatan