Melalui PLTA Malea Energi, Sulsel Menuju Zero Emisi

  • Bagikan
Bangunan PLTA Malea Energi Tana Toraja, saat diabadaikan pada Jumat, 25 Februari 2022. (FOTO: RACHMAT ARIADI/FAJAR)

Tak hanya itu, JK juga sempat mendapatkan keraguan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan perbankan nasional. Sehingga dirinya, harus membiayai sendiri pembangunan PLTA tersebut.

"Proses studynya saja kami memakan waktu setahun. Awalnya kami biayai sendiri, bahkan uang belanja istri saya pun keluar. Nanti di pembangunan 50 persen PLN baru percaya, perbankan nasional pun sudah mulai percaya, dan ikut membiayai pembangunan PLTA ini terima kasih," ungkapnya.

JK ingin menunjukan kepada dunia, jika putra putri Indonesia bisa membuat PLTA sebesar ini. Ke depan beberapa proyek PLTA di beberapa wilayah Indonesia juga mulai dibangun.

"Biaya satu MegaWatt kurang lebih dua juta dollar. 80 persen kami mempekerjakan warga sekitar. Jadi tidak ada orang asing," bebernya.

Dengan beroperasinya PLTA Malea ini, maka bauran EBT di sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) meningkat dari 29,46 persen atau setara 651 megawatt (MW), menjadi 33,5 persen atau 740 MW.

Pimpinan PLTA Malea Energi, Viktor Batuan Batara mengutarakan, PLTA Malea memberikan suplai listrik secara interkoneksi atau se Sulawesi Selatan, dengan cara memenuhi permintaan kilowatt jam (KWh) ke PLN.

"Jadi PLN membeli per KWh. Kapasitas yang dibutuhkan PLN saat ini 60 persen daya mampu dari PLTA Male. Jika 90 Mw, PLN butuh 60 persennya. Setiap jam kita kirim," ujar mantan Bupati Tana Toraja ini. (Rachmat Ariadi)

  • Bagikan