Simak Tiga Fakta Menarik dari Syawalan Keluarga Besar Muhammadiyah Sulsel

  • Bagikan

Cir rif’ah ketiga adalah lemah lembut. Lanjut Haedar, ciri itu yakni bermaklum pada orang yang berbuat kasar, buruk, jelek, dan nista kepada kita.

“Karena memang ada yang merasa berhak untuk marah ke kita. Marah menjadi karakter mereka, merasa tidak menjadi dirinya, jika tidak marah. Mengubah untuk itu menjadi rif’ah, itu yang tidak gampang,” kata Haedar.

Prof Haedar juga menegaskan, nilai-nilai ihsan ini harus dihidupkan dalam kehidupan Muhammadiyah . Seringkali, lanjut Haedar, kerikil-kerikil itu kecil saja, tapi membuat kita jatuh.

“Misalnya, hubungan amal usaha dengan PWM, PDM, dengan PCM, coba cari solusi. Sara’nya, saling belajar untuk memberi, jangan menuntut. Itu intinya kita silaturahim,” tutup Haedar.

Perkembangan Muhammadiyah Sulsel

Sebelum penyampaian Hikmah Syawalan, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel Prof Ambo Asse menyampaikan perkembangan dakwah persyarikatan. Salah satunya, dengan mengulas perkembangan jumlah Pondok Pesantren Muhammadiyah di Sulsel.

“Pada awal periode ini, jumlah pesantren hanya berjumlah 12 buah. Alhamdulillah saat ini telah menjadi 31 buah,” ujar Ambo Asse.

Guru Besar Ilmu Hadits ini juga menguraikan penguatan kelembagaan pendidikan tinggi yang dibina Muhammadiyah Sulsel.

“Perguruan tinggi awalnya sebanyak 21 buah. Namun karena ada penggabungan institusi, akhirnya menjadi 13 buah. Ada beberapa Sekolah Tinggi dilebur menjadi Universitas. Ada juga yang baru beridir Institut Teknnologi dan Bisnis Muhammadiyah Selayar,” pungkas Prof Ambo

Saat ini, Muhammadiyah memiliki 8 universitas, 3 institut, 1 politeknik, dan 1 sekolah tinggi. “Saat ini juga sementara berproses perguruan tinggi Muhammadiyah di Wajo, Soppeng, dan Luwu Timur,” tambahnya.

  • Bagikan