Gagas Pustaka Bergerak Bhabinkamtibmas, Tanpa Pamrih Berantas Buta Aksara di Pelosok Desa

  • Bagikan
Bripka Ilham Nur mengisi jam pelajaran di SDN No.73 Soppeng, Desa Turungan Baji, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai.

Dia pun tertarik untuk terus menggeluti aktivitas ini. Jiwa sosialnya semakin tertantang untuk terjun lebih jauh untuk memberantas buta aksara kepada anak-anak yang jauh dari hiruk pikuk kota. Kondisi sekolah yang mengalami serba keterbatasan fasilitas layaknya sekolah yang ada di kota. Terutama jaringan internet yang menjadi kebutuhan di era teknologi digital sekarang ini.

Ilham termotivasi agar anak-anak pelosok juga mendapatkan pendidikan yang layak. Yang paling penting, anak-anak di desa tersebut tidak putus sekolah dan bisa melanjutkan hingga ke perguruan tinggi sehingga bisa menjadi kebanggan orang tua, desa, kabupaten, hingga bangsa, dan negara.

Oleh karena itu, selain melaksanakan tugas pokoknya, dia juga ikut nyambi menjadi pegiat literasi hingga masyarakat setempat menaruh simpati kepadanya. Sebab, dia rela meluangkan waktu untuk mengajar tanpa pamrih. Bahkan, ia kerap mengeluarkan biaya pribadi untuk menunjang aktivitas literasinya itu.

Karena kecintaannya dalam dunia literasi terus membuncah, dia pun bergabung dengan komunitas pustaka bergerak Indonesia yang saat itu memiliki 2700 simpul se-Indonesia. Di Sinjai ada 8 orang yang bergabung dalam komunitas literasi ini, termasuk Ilham. Dia pun membranding aktivitas literasinya dengan sebutan “Pustaka Bergerak Bhabinkamtibmas” agar identik dengan profesinya sebagai seorang polisi yang bertugas di desa.

Berbagai kegiatan terus dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan minat baca dan memberantas buta aksara. Bukan hanya menyasar anak-anak, melainkan melebarkan sasaran kepada remaja dan kalangan dewasa. Dengan menggunakan motor dinas Polri, dia berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya. Bagasi motor dipenuhi buku-buku untuk diajarkan. Baik di sekolah maupun menggelar lapak bacaan. “Saya juga rutin mengisi jam pelajaran, baik saat guru berhalangan maupun meminta izin untuk berbaur, agar mereka mengenal, cinta, dan tidak segan lagi dengan Polri,” beber suami Jusmanita itu.

  • Bagikan